Selasa, 22 Desember 2015

Mengenal lebih dekat Macam-macam Bahan Makanan

Mengenal Macam-macam Bahan Makanan

Mengenal Macam-macam Bahan Makanan
Sering tidak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari ternyata mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun, baik itu sebagai pewarna, penyedap rasa dan dan bahan campuran lain. Zat-zat kimia ini berpengaruh terhadap tubuh kita dalam level sel, sehingga kebanyakan kita akan mengetahui dampaknya dalam waktu yang lama.

Dampak negatif yang bisa terjadi adalah dapat memicu kanker, kelainan genetik, cacat bawaan ketika lahir, dan lain-lain. Tidak ada cara untuk menghindar 100% dari bahan-bahan kimia itu dalam kehidupan kita sehari-hari, yang perlu kita lakukan adalah meminimalkan penggunaannya sehingga tidak melewati ambang batas yang disarankan. Karena selain banyak tersedia di pasaran, bahan-bahan tersebut juga harganya yang relatif sangat murah.

Berikut adalah contoh bahan-bahan yang bersifat racun yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari:

1. Sakarin (Saccharin)
Sakarin adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan sangat manis, kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh karena itu ia sangat populer dipakai sebagai bahan pengganti gula. Tikus-tikus percobaan yang diberi makan 5% sakarin selama lebih dari 2 tahun, menunjukkan kanker mukosa kandung kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk orang dewasa seumur hidup).
Sekalipun hasil penelitian ini masih kontroversial, namun kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, sakarin memang meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih pada manusia kira-kira 60% lebih tinggi pada para pemakai, khususnya pada kaum laki-laki. Food and Drug Administation (FDA) Amerika menganjurkan untuk membatasi penggunaan sakarin hanya bagi para penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya agar tidak melampaui 1 gram setiap harinya.

2. Siklamat (Cyclamate)
Siklamat adalah bubuk kristal putih, tidak berbau dan kira-kira 30 kali lebih mains dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat kira-kira 0,17%). Bilamana kadar larutan dinaikkan sampai dengan 0,5%, maka akan terasa getir dan pahit. Siklamat dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan kromosom sel-sel tersebut pecah. Tetapi hewan percobaan yang diberi sikiamat dalam jangka lama tidak menunjukkan pertumbuhan ganda. Di Inggris penggunaan siklamat untuk makanan dan minuman sudah dilarang, demikian pula di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.

3. Nitrosamin
Sodium nitrit adalah bahan kristal yang tak berwama atau sedikit semu kuning. Ia dapat berbentuk sebagai bubuk, butir-butir atau bongkahan dan tidak berbau. Garam ini sangat digemari, antara lain untuk mempertahankan warna asli daging serta memberikan aroma yang khas seperti sosis, keju, kornet, dendeng, ham, dan lain-lain. Untuk pembuatan keju dianjurkan supaya kandungan sodium nitrit tidak melampaui 50 ppm, sedangkan untuk bahan pengawet daging dan pemberi aroma yang khas bervariasi antara 150 – 500 ppm. Sodium nitrit adalah precursor dari nitrosamines, dan nitrosammes sudah dibuktikan bersifat karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan. Oleh karena itu, pemakaian sodium nitrit harus hati-hati dan tidak boleh melampaui 500 ppm. Makanan bayi sama sekali dilarang mengandung sodium nitrit.

4. Zat Pewarna Sintetis
Dari hasil pengamatan di pasar-pasar ditemukan 5 zat pewarna sintetis yang paling banyak digemari di Indonesia adalah warna merah, kuning, jingga, hijau dan coklat. Dua dari lima zat pewarna tersebut, yaitu merah dan kuning adalah Rhodamine-B dan metanil yellow. Kedua zat pewarna ini termasuk golongan zat pewarna industri untuk mewarnai kertas, tekstil, cat, kulit dsb. dan bukan untuk makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kedua zat warna tersebut kepada tikus dan mencit mengakibatkan limfoma. Selain itu, boraks, juga merupakan zat pewarna favorit yang sering digunakan oleh produsen makanan.

5. Monosodium Glutamat (MSG) 
Monosodium glutamat (MSG) atau vetsin adalah penyedap masakan dan sangat populer di kalangan para ibu rumahtangga, warung nasi dan rumah makan. Hampir setiap jenis makanan masa kini dari mulai camilan untuk anak-anak seperti chiki dan sejenisnya, mie bakso, masakan cina sampai makanan tradisional sayur asam, lodeh dan bahkan sebagian masakan padang sudah dibubuhi MSG atau vetsin. Pada hewaan percobaan, MSG dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosi sel-sel neuron, degenerasi dan nekrosis sel-sel syaraf lapisan dalam retina, menyebabkan mutasi sel, mengakibatkan kanker kolon dan hati, kanker ginjal, kanker otak dan merusak jaringan lemak.
6. Rhodamin B

Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar. Zat itu sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi saluran pencernaan dan bahaya kanker hati.

Apabila tertelan dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah muda. Penyebarannya dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati. Penyalahgunaan rhodamin B untuk pewarna makanan telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan, seperti kerupuk, terasi, dan jajanan yang berwarna merah terang.

Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna rhodamin B antara lain makanan berwarna merah mencolok dan cenderung berpendar serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen. Segera hindari makanan dengan ciri tersebut.

7. Pewarna kuning Metanil
Zat pewarna kuning metanil adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan cat berbentuk serbuk atau padat yang berwarna kuning kecoklatan.

Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandung dan saluran kemih.

Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker pada kandung dan saluran kemih.

Penyalahgunaan pewarna kuning metanil untuk pewarna makanan telah ditemukan antara lain pada mie, kerupuk dan jajanan lain yang berwarna kuning mencolok dan berpandar.

Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna kuning metanil antara lain makanan berwarna kuning mencolok dan cenderung berpendar serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen.


8. Formalin

Pengawet formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan bau yang sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambah metanol hingga 15% sebagai pengawet.

Formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan desinfektan untuk peralatan rumah sakit serta untuk pengawet mayat.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan berupa luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia. Bila tertelan formalin sebanyak 30 mililiter atau sekitar 2 sendok makan akan menyebabkan kematian.

Jika tertelan maka mulut, perut, tenggorokan akan terasa terbakar, sakit menelan, muntah, mual, dan diare. Tidak jarang juga menyebabkan pendarahan. Dapat mengkibatkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, sistem syaraf pusat dan ginjal.

Deteksi formalin kualitatif maupun kuantitatif secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pereaksi kimia.

Namun, ada beberapa ciri pangan berformalin yang dapat membantu membedakan dari makanan tanpa formalin:

1.       Mie basah berformalin
Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius)
Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie yang lain.
2.       Tahu berformalin
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celcius).
Tahu terlampau keras, kenyal namun tidak padat.
3.       Ikan segar atau hasil laut berformalin
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat celcius)
Warna insang merah tua dan tidak cemerlang dan warna daging putih bersih.

9. Sorbic Acid. 

Terkandung dalam: Makanan dalam kemasan, seperti keju olahan.
Peringatan: Sorbic acid atau asam sorbat merupakan pengawet buatan. Menurut Aragon, saat ini sulit mengetahui pengaruhnya pada kesehatan. Tapi, asam sorbat biasanya dianggap aman oleh Food and Drug Administration (FDA) –semacam Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat.

10. Lemak Trans

Terkandung dalam: Bahan masakan panggangan dan cemilan komersial. Lemak trans buatan berasal dari minyak nabati yang dihidrogenasi secara parsial, sejenis bahan yang membuat makanan lebih awet dan terasa lebih lezat. Peringatan: Lemak trans dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, dan baru-baru ini Food and Drug Administration (FDA) mengusulkan untuk melarang penggunaan lemak trans. Memang, lemak trans sebaiknya dihindari, saran Aragon. Namun, tidak sulit untuk mengurangi konsumsi lemak trans, karena bahan tersebut sudah dihapuskan dari berbagai jenis makanan. Jadi, pastikan Anda mengonsumsi makanan yang bebas lemak trans dengan fokus pada makanan yang segar, bukan olahan.

11. Acrylamide

Terkandung dalam: Kentang goreng, keripik kentang
Peringatan: Acrylamide (akrilamida) merupakan zat kimia yang terbentuk pada saat makanan –terutama kentang– dipanaskan melampaui 120 derajat Celsius, baik yang dipanaskan di rumah maupun di restoran. Organisasi KesehatanDunia (WHO) mengatakan bahwa zat kimia tersebut berpotensi merusak kesehatan karena penelitian pada hewan menunjukkan bahwa zat tersebut dapat menyebabkan kanker. Namun, hasil penelitian tersebut belum diuji pada manusia, dan suatu penelitian tahun 2012 dalam Annual Review of Food Science and Technology menyatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menyatkaan bahwa jumlah konsumsi normal menyebabkan ancaman nyata, kata Aragon. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk dapat memastikan apakah Anda perlu mengubah kebiasaan mengonsumsi kentang. Apabila Anda khawatir, kurangi risiko dengan merebus atau memanggang kentang utuh dengan microwave tanpa dikupas dan merendam irisan kentang dalam air sebelum dimasak. 

12. Sodium Nitrit (pengawet makanan)

Bahan pengawet yang digunakan untuk mengawetkan bacon, ham, hot dog, daging 
sandwich, dan ikan asap.

13. BHA & BHT (pengawet makanan dan shampoo/lotion)

BHA (Butil HydroxyAnisole) dan BHT (Butil HidroksiToluen) adalah bahan pengawet lainnya yang ditambahkan ke makanan seperti sereal, permen, keripik kentang, dan minyak sayur.

14. Propyl Gallate/Glycol (pengawet makanan dan shampoo/lotion)

Ditemukan dalam daging, sup ayam, dan sebagainya, Semua pengawet diatas menyebabkan timbulnya kanker.

15. Borax

Boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa, Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Sifatnya berwana putih dan sedikit larut dalam air. Zat ini pernah ditemukan pada bakso dan gula merah.

16. Aspartam (pemanis kimia buatan)

Pemanis buatan yang ditemukan dalam produk serta makanan dan minuman ringan dalam kemasan.

17. Acesulfame-K (pemanis kimia buatan)

Pemanis baru yang digunakan dalam minuman ringan dan beberapa produk makanan panggang.

18. Olestra (zat aditif untuk mengurangi daya serap lemak)

Zat aditif yang menghalangi lemak diserap dalam sistem pencernaan Anda. Biasanya ditambahkan dalam keripik kentang.

19. Kalium Bromat

Kadang-kadang ditambahkan ke tepung putih dan roti untuk meningkatkan volume produk, tetapi memiliki penyebab kanker, sehingga beberapa negara bagian di Amerika Serikat mengharuskan pencantuman label pada kemasan makanan yang menggunakan zat additif ini.

20. Natrium Klorida (garam meja)

Garam berlebihan menyebabkan tekanan darah tinggi/hipertensi

21. Zat aditif makanan

adalah bahan kimia alami atau buatan yang biasanya ditambahkan saat proses/pengolahan makanan dengan tujuan untuk mempertahankan rasa, mengawetkan, atau malah menambah cita rasa makanan tersebut.
Sayangnya, sejak pertama kali digunankan pada tahun 1900-an, zat aditif makanan ini ternyata terbukti menimbulkan efek berbahaya pada tubuh, terlebih pada anak-anak. Seperti perubahan tingkah laku, alergi, hingga kerusakan pada sel-sel tubuh.
Bagaimana pengaruh zat aditif makanan pada tubuh
Setiap zat aditif makanan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada tubuh. Sebagian menyebabkan perubahan hormon, kerusakan sel atau memicu timbulnya penyakit seperti obesitas, migrain dan lain sebagainya.
TheAsianParent.com telah membahas tentang hal ini di dalam beberapa artikel. Dan berikut kami meringkas sekaligus melengkapi aditif makanan apa saja yang harus kita waspadai agar tidak merusak kesehatan si kecil.
5 Zat aditif makanan yang paling banyak digunakan dan bahayanya
1. Bahan pewarna buatan
Apapun jenis zat aditif makanan ini, apabila dimulai dengan nama FD & C (misal FD&C Blue #1) merupakan pewarna makanan artificial (buatan). Pewarna ini terkadang disebut dengan nama E102 (Tartrazine), E110 (Sunset Yellow), dan E129 (Allura red).
Pewarna ini adalah jenis yang paling banyak digunakan untuk pada permen, sereal, bahkan yoghurt. Konsumsi pewarna buatan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan migrain dan kanker kolon.
2. Bahan pengawet kimia
Butylated hydroxyanisole (BHA/ E320), sodium/ natrium nitrat dan sodium benzoat (natrium bensoat/soda benzoat/E211) banyak ditemukan pada makanan kemasan seperti jelly, margarine, selai dan soft drink. Zat aditif makanan ini dapat menimbulkan rasa pusing, nafas pendek, dan sakit maag.
3. Bahan pemanis buatan
Aspartame, acesulfame-K, sakarin adalah nama-nama bahan pemanis buatan yang banyak ditemukan dalam minuman soda diet dan jus buah. Penelitian menunjukkan konsumsi jangka panjang terhadap zat-zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan hati, dan kesulitan bernapas.
4. Gula Tambahan
High fructose corn syrup (HFCS), corn syrup (gula jagung) dan dekstrose adalah beberapa nama turunan dari pemanis yang banyak digunakan dalam soft drinks, biskuit, saus tomat dan bahkan, yang sering disebut “makanan sehat” seperti salad dressing. Konsumsi tinggi HFCS bisa mengakibatkan obesitas, kerusakan hati dan meningkatkan kemungkinan diabetes kelak di kemudian hari.
5. Garam tambahan
Saat garam ditambahkan pada banyak makanan, resiko menurunnya kesehatan pun meningkat. Hal ini terjadi karena konsumsi garam berlebih yang banyak terdapat makanan cepat saji dan kemasan.
Anak-anak yang menyukai makanan dengan kadar garam tinggi memiliki kecenderungan kerusakan hati dan penyakit jantung. Jadi, perhatikanlah kandungan garam yang tertera pada kemasan makanan dan pilihlah makanan dengan kadar garam terendah.
Cara yang paling tepat menjauhkan anak-anak dari makanan dengan aditif makanan adalah dengan membaca komposisi dan label nutrisi yang biasanya terdapat dalam kemasan. Ajari dan jelaskan juga kepada si Kecil alasan mengapa ia harus menghindarinya.


Selasa, 29 September 2015

Zat Aditif Makanan dan Bahayanya



Zat aditif makanan adalah bahan kimia alami atau buatan yang biasanya ditambahkan saat proses/pengolahan makanan dengan tujuan untuk mempertahankan rasa, mengawetkan, atau malah menambah cita rasa makanan tersebut.
Sayangnya, sejak pertama kali digunankan pada tahun 1900-an, zat aditif makanan ini ternyata terbukti menimbulkan efek berbahaya pada tubuh, terlebih pada anak-anak. Seperti perubahan tingkah laku, alergi, hingga kerusakan pada sel-sel tubuh.
Setiap zat aditif makanan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada tubuh. Sebagian menyebabkan perubahan hormon, kerusakan sel atau memicu timbulnya penyakit seperti obesitas, migrain dan lain sebagainya.
TheAsianParent.com telah membahas tentang hal ini di dalam beberapa artikel. Dan berikut kami meringkas sekaligus melengkapi aditif makanan apa saja yang harus kita waspadai agar tidak merusak kesehatan si kecil.

5 Zat aditif makanan yang paling banyak digunakan dan bahayanya

1. Bahan pewarna buatan
Apapun jenis zat aditif makanan ini, apabila dimulai dengan nama FD & C (misal FD&C Blue #1) merupakan pewarna makanan artificial (buatan). Pewarna ini terkadang disebut dengan nama E102 (Tartrazine), E110 (Sunset Yellow), dan E129 (Allura red).
Pewarna ini adalah jenis yang paling banyak digunakan untuk pada permen, sereal, bahkan yoghurt. Konsumsi pewarna buatan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan migrain dan kanker kolon.
2. Bahan pengawet kimia
Butylated hydroxyanisole (BHA/ E320), sodium/ natrium nitrat dan sodium benzoat (natrium bensoat/soda benzoat/E211) banyak ditemukan pada makanan kemasan seperti jelly, margarine, selai dan soft drink. Zat aditif makanan ini dapat menimbulkan rasa pusing, nafas pendek, dan sakit maag.
3. Bahan pemanis buatan
Aspartame, acesulfame-K, sakarin adalah nama-nama bahan pemanis buatan yang banyak ditemukan dalam minuman soda diet dan jus buah. Penelitian menunjukkan konsumsi jangka panjang terhadap zat-zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan hati, dan kesulitan bernapas.
4. Gula Tambahan
High fructose corn syrup (HFCS), corn syrup (gula jagung) dan dekstrose adalah beberapa nama turunan dari pemanis yang banyak digunakan dalam soft drinks, biskuit, saus tomat dan bahkan, yang sering disebut “makanan sehat” seperti salad dressing. Konsumsi tinggi HFCS bisa mengakibatkan obesitas, kerusakan hati dan meningkatkan kemungkinan diabetes kelak di kemudian hari.
5. Garam tambahan
Saat garam ditambahkan pada banyak makanan, resiko menurunnya kesehatan pun meningkat. Hal ini terjadi karena konsumsi garam berlebih yang banyak terdapat makanan cepat saji dan kemasan.
Anak-anak yang menyukai makanan dengan kadar garam tinggi memiliki kecenderungan kerusakan hati dan penyakit jantung. Jadi, perhatikanlah kandungan garam yang tertera pada kemasan makanan dan pilihlah makanan dengan kadar garam terendah.
Cara yang paling tepat menjauhkan anak-anak dari makanan dengan aditif makanan adalah dengan membaca komposisi dan label nutrisi yang biasanya terdapat dalam kemasan. Ajari dan jelaskan juga kepada si Kecil alasan mengapa ia harus menghindarinya.